Kepercayaan
Terhadap Roh Nenek Moyang
Perkembangan
system kepercayaan pada masyarakat Indonesia berawal dari kehidupan masyarakat
berburu dan mengumpulkan makanan. Pada goa-goa ditemukan sisa budanya, berupa alat-alat
kehidupan. Kadang ditemukan tulang belulang manusia yang telah dikuburkan
didalam goa-goa. Dari hasil penemuan itu, diketahui pada masa itu orang sudah
mempunyaipandangan tertentu mengenai kematian. Orang sudah mengenal
penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal.
Orang
yang meninggal dianggap pergi ke suatu tempat yang lebih baik. Orang mulai
berpikir bahwa orang yang meninggal berbeda dengan orang yang masih hidup.
Penguburan kerangka manusia didalam goa-goa merupakan wujud penghormatan kepada
orang yang meninggal, penghormatan kepada orang yang telah meninggal,
penghormatan kepada orang orang yang telah pergi atau penghormatan kepada roh.
Hasil
peninggalan budaya sejak masa bercocok tanam, berupa bangunan-bangunan
megalitikum dengan fungsinya sebagai tempat pemujaan/penghormatan kepada roh
nenek moyang. Masyarakat pada saat itu sudah menghormati orang yang sudah
meninggal. Pemberian bekal kubur dimaksudkan sebagai bekal menuju kealam lain.
Dapat disimpulkan bahwa sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha, masyarakat
Indonesia telah memberikan penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek moyang.
2. Kepercayaan
Bersifat Animisme
Animism
merupakan suatu kepercayaan masyarakat terhadap suatu benda yang dianggap
memiliki roh atau jiwa. Didasari oleh berbagai pengalaman dari berbagai
masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat banyak yang percaya bahwa sebilah
keris pusaka memiliki roh sehingga benda-benda seperti itu dianggap dapat
memberi petunjuk tentang berbagai hal yang berkembang dalam masyarakat.
3. Kepercayaan
Bersifat Dinamisme
Dinamisme
merupakan sautu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Didasari
oleh suatu pengalaman yang bersangkutan. Misalnya, sebuah batu cincin dipandang
mempunyai kekuatan untuk melemahkan lawan. Sehingga apabila batu cincin itu
dipakai, maka lawan-lawannya tidak akan sanggup menghadapinya.
4. Kepercayaan
Bersifat Monoisme
Monoisme
adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pola piker manusia sudah mulai
berkembang, sehingga manusia percaya bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta
alam semesta beserta isinya. Oleh karena itu, manusia wajib melestarikan alam
agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, atau menjaga keseimbangan alam agar
dapat menjadi tumpuan hidup manusia.
Sejalan
dengan perkembangan kehidupan manusia ,maka masyarakat Indonesia mempercayai
adanya kekuatan diluar diri mereka. Hal ini juga tidak terlepas dari kehidupan
mereka. Meraka hidup bergotong-royong. Dalam suasana untuk saling memahami,
saling menghargai , tolong-menolong dan bertanggung jawab, maka munculah faktor
baru, yakni pemimpin. Yang memegang pimpinan adalah ketua adat yang dianggap
mamiliki kelebihan dari yang lain. Ia harus melindungi anggota kelompoknya
sehingga tercipta kemakmuran, kesejahteraan, ketentraman, sifat kerja sama
antara masyarakat. Pemimpin membentuk persatuan yangkuat. Memunculkan
kepercayaan, yakni memuja roh nenek moyang, memuja roh jahat dan roh baik
bahkan mereka percaya bahwa tiap-tiap benda memiliki roh. Dengan demikian
muncullah animism, dinamisme, dan monoisme.
saya ingin bertanya
BalasHapus